Kamis, 08 Desember 2016

Resensi Buku; A Little Thing Called Hope karya Winna Efendi





Hi guys..
Lagi-lagi ketemu aku dalam salah satu resensi buku yang baru habis kubaca kisahnya. Akhir-akhir ini lagi seneng-senengnya menghabiskan waktu dengan membaca novel. Sebenernya sih buat pengalih perhatian dari rutinitas yang membosankan dan menyedihkan. Hahaha

Kali ini aku kembali membaca novel dari pengarang dalam negeri favoritku yaitu Winna Effendi. Sejak aku duduk di bangku SMP (sekitar 5 atau 6 tahun lalu), aku sudah menyukai novel-novel karangannya. Beberapa novel aku pinjam di book corner, beberapa lagi aku beli untuk jadi koleksi.

Novel terbaru dari Winna Effendi yaitu A Little Thing Called Hope ini sudah lama aku incar tapi baru sempat baca kemarin lusa. Hahaha.. Kisahnya seperti novel-novel sebelumnya menceritakan tentang remaja yang sedang jatuh cinta. Tapi kali ini ada sedikit perbedaan dari tema yang diambil. Okay, selebihnya aku bahas di bawah ini, check this out!

*****

Aeryn..
Ia adalah cewek cantik, pintar, dan populer di sekolahnya. Layaknya cewek populer lainnya, seluruh isi sekolah ingin untuk menjadi temannya. Cowok-cowok berebut untuk mendapatkan perhatiannya. Tapi sayangnya, Aeryn dikenal sebagai ice queen karena ia tergolong tipe cewek yang cuek dan tidak terlalu ramah.

Flo..
Gadis lugu yang sangat mencintai kain perca dan kue-kue manis. Kebalikan dari Aeryn, Flo adalah gadis yang tidak populer bahkan cenderung tidak memiliki teman. Sahabat yang ia punya hanya Theo dan Genta. Ia juga bukan gadis yang pintar. Namun, ia adalah gadis yang penuh semangat dan ceria dalam menjalani kehidupan.

Theo..
Sahabat kecil Flo yang memiliki IQ tinggi. Ia memiliki otak yang cerdas dan termasuk murid terpintar di sekolahnya. Ia sangat suka melakukan mixing lagu. Hasilnya sangat menakjubkan dan tak kalah keren dibandingkan karya seorang profesional.

Kisah ini bermula dari Ibu Aeryn yang telah meninggal dan membuat sang Ayah menikah lagi demi kebaikan Aeryn. Bukan hanya ibu baru, tapi Aeryn juga mendapatkan seorang saudara baru. Saudara yang tidak pernah ia harapkan dalam kehidupannya.

Sifat Aeryn dan Flo yang bertolak belakang membuat keduanya susah untuk disatukan. Flo yang selalu ceria berusaha mendekati Aeryn dan mencoba meluluhkan hatinya. Awalnya Aeryn merasa terganggu, namun lama-kelamaan ia merasa nyaman berada di dekat Flo.

Semenjak ibu Flo menikah dengan Ayah Aeryn, Flo harus menghadapi dunia baru. Rumah baru, sekolah baru, dan lingkungan yang baru. Ia terpaksa harus berpisah dengan 2 orang sahabatnya yaitu Theo dan Genta. Kata orang, tidak ada yang namanya bersahabat antara cewek dan cowok. Benar saja, lama-lama perasaan Flo pada Genta berubah menjadi rasa sayang dan cinta. Sementara Theo dan Genta ternyata juga memiliki perasaan yang sama pada Flo.

Tanpa disadari, Flo terlalu melangkah jauh atas dasar cinta itu. Ia bahkan melanggar prinsip hidupnya dan terpaksa mengecewakan banyak orang. Ia hamil anak dari Genta. Kecewa, sedih, dan menyesal. Tapi semua terasa sia-sia. Waktu terus berjalan dan tak bisa diulang kembali.

Genta yang pada saat itu tengah sibuk dalam pelajarannya dan tengah merajut masa depan, menolak untuk bertanggung jawab. Awalnya Flo yang sakit hati mencoba untuk menggugurkan kandungannya. Namun, ia berubah pikiran di detik-detik terakhir dan mengurungkan niatnya tersebut. Ia memilih untuk melahirkan anak tersebut dan merawatnya meskipun ia harus menjadi single parent sekalipun.

Di sisi lain, Aeryn yang sering bertemu dengan Theo merasakan rasa yang berbeda dalam dirinya. Ia jatuh cinta untuk pertama kalinya dengan sahabat adik tirinya itu. Apakah perasaan itu bersambut? Ataukah Theo masih memiliki perasaan terhadap Flo? Mampukah ia masuk ke dalam hubungan spesial antara Flo dan Theo?

*****
A little thing called hope ini mengajarkan kepada kita para perempuan terutama remaja agar selalu bisa menjaga diri dengan baik. Jangan biarkan nafsu untuk menyelimuti cinta murni dalam hati kita. Cinta yang baik adalah cinta yang membuat hidup kita lebih baik dari sebelumnya bukannya malah menghancurkan.

Flo harus kehilangan banyak hal setelah ia hamil. Persahabatannya dengan Genta, kehidupan SMA-nya, kepercayaan orang tua, termasuk masa depan impiannya. Yang tersisa hanya sedih, kecewa dan rasa penyesalan.

Aku kagum pada sosok Flo yang bisa bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan. Walaupun ia terlihat lemah, ia bersikeras untuk mencoba membesarkan anak dalam kandungannya. Di saat ia masih punya pilihan untuk menggenggam masa depan yang cerah, ia memilih untuk menjalani masa depan yang sudah tentu akan sulit dijalaninya. Ia harus menerima gunjingan dari orang-orang sekitarnya bahkan ia harus berhenti sekolah di akhir kelas 2 SMA. Untung saja ia masih memiliki orang-orang hebat di sekelilingnya yang selalu ada untuk membantu dan menyemangatinya.

Aku suka cerita sisterhood seperti Flo dan Aeryn. Ketika satu orang merasa sedih, yang lain akan ikut sedih dan berusaha mencari cara menghilangkan kesedihannya. Di saat satu orang butuh teman curhat, yang lain mendengarkan dengan sabar. Aku senang cara mereka berbagi banyak hal. Berbagi ilmu pengetahuan, berbagi cara membuat kue, berbagi cerita tentang lelaki yang mereka cintai, sampai bercerita tentang kehidupan mereka sebelum menjadi saudara.

Kisah dalam buku ini menurutku sudah terlalu biasa untuk dijadikan novel. Kisah saudara tiri, kisah cinta pada sahabat (yang ini memang khas Winna Effendi), sampai pada kisah hamil di masa muda. Namun, cara mbak Winna mengemasnya sungguh indah sehingga walaupun sudah terlalu biasa namun terkesan baru dan fresh.

Satu hal yang masih membuatku kecewa dalam kisah ini karena akhirnya (spoiler alert!!!) Genta benar-benar pergi meninggalkan Flo dan anaknya tanpa rasa bersalah. Ia memutuskan tinggal permanen di Amerika. Setelah membaca buku ini hingga habis, aku kira akan mendapati Genta kembali dan menyadari kesalahannya dan memutuskan untuk membawa serta Flo dan anaknya ke Amerika. Kekekekeke.. aku boleh saja berkhayal kan? Aku rasa Flo belum mendapatkan kebahagiaannya yang sesungguhnya. Memang benar anaknya akan selalu menjadi penyemangat dalam hidupnya tapi jauh dalam lubuk hatinya yang paling dalam, kita semua tahu bahwa ia selalu berharap Genta kembali. Kembali menjemput mereka.

Okay.. after all this book is very recommended!!! Oh ya aku suka satu kalimat dalam buku ini: Collect moment, not things. Benar sekali.. jika benda hilang masih bisa dicari tapi jika kita melewatkan suatu kejadian penting, kita tidak akan bisa kembali ke masa lalu untuk mengulang dan memperbaikinya. ♥♥

Tidak ada komentar:

Posting Komentar