Kamis, 10 November 2016
Masih Adakah Aku Dalam Kisah Masa Depanmu?
Awalnya kau berikan aku kode senyuman, tatapan, dan perhatian.
Kau buat aku merasakan hadirnya dirimu dalam hidupku.
Kau membuatku melihatmu dengan pandangan berbeda dari pria lainnya.
Yang awalnya biasa menjadi luar biasa.
Yang awalnya bukan siapa-siapa menjadi seseorang yang istimewa.
Lama-lama aku tersenyum akan kehadiranmu.
Aku gelisah menanti kedatanganmu.
Wajahku merona merah ketika kutatap wajahmu.
Jantungku berdebar kencang walau hanya mendengar namamu disebut.
Sekarang kenangan tinggal kenangan.
Kau jauhi diriku karena egomu.
Kau menyerah hanya karena keadaan.
Kau biarkan aku merasakan sakit.
Kau pergi meninggalkan janji yang belum pasti bisa kau tepati.
Teganya kau biarkan aku berenang dalam genangan harapan yang tiada mengering.
Semua harapan sirna.
Semua cerita menjadi dongeng semata.
Semua kisah menjadi fiktif belaka.
Semua rasa menjadi berbeda.
Satu yang masih tersisa, perih hati yang telah terluka.
Apakah ini sudah jalan takdir kita untuk saling bertemu?
Mengenal satu sama lain, memberi rasa nyaman hingga tak mampu lagi pergi ke lain hati.
Tapi apakah takdir itu harus sekejam ini?
Membiarkan rasa ini tumbuh tanpa boleh berkembang, tanpa boleh merobohkan dinding tebal di antara kita, namun aku tetap harus merasakan kepedihan yang menusukku semakin dalam.
Masihkah ada aku dalam kisah masa depanmu?
Bisakah aku memiliki harapan, menunggu janjimu yang semakin lama semakin terasa pudar, masihkah rasa ini tetap bertahan walaupun sekian lama telah berlalu, menanti masa depanmu yang belum pasti ada aku di dalamnya.
Andai aku bisa tahu tentang masa depanmu, aku hanya ingin tahu hal itu. Setidaknya aku bisa tahu apakah aku harus tetap menunggu atau merelakan dirimu dengan ikhlas.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar