Jumat, 05 Juni 2015

Belajar dari Secangkir Teh


Belajarlah dari secangkir teh yang masih panas. Pergunakan waktu selama menunggu teh itu menghangat dengan menyentuh sisi cangkir dan rasakan panasnya pada kulit tangan kita. Berikan kesempatan pada mata, telinga, atau organ tubuh lainnya untuk merasakan panasnya juga. Awalnya tubuh belum terbiasa dengan hal itu namun seiring waktu berlalu tubuh mulai beradaptasi dan merasakan kenyamanan pada panas tersebut. Lama kelamaan teh itu mulai menghangat. Waktu telah merubah nilai dari teh tersebut. Di samping itu, tubuh pun mulai beradaptasi dengan panas atau kehangatan teh sehingga teh itupun mulai dapat dinikmati dengan menyenangkan.


Hal ini dapat kita analogikan dengan masalah yang ada pada kehidupan kita sendiri. Awalnya masalah terasa sangat mengganggu dan terasa sulit untuk dilewati. Seakan untuk 'menyentuh' masalah saja terasa berat untuk dilakukan. Namun jika kita membiasakan diri dan mulai beradaptasi dengan masalah tersebut maka tidak akan ada lagi beban dalam diri. Kita akan terbiasa untuk menghadapi masalah dengan menyenangkan. Jangan takut pada masalah. Tuhan menciptakan manusia lebih besar dari masalah itu sendiri. Jadi jangan takut pada masalah karena sesungguhnya jalan hidup ini ibarat pensil warna yang mewarnai diri kita yang bagaikan kertas putih. Kadang kala kita menemukan pensil warna hitam atau abu-abu. Walau terasa suram namun terkadang kita juga memerlukannya sebagai pelengkap warna cerah lainnya. Karena sesungguhnya kedua jenis warna itu bersifat komplementer yaitu saling mengisi dan melengkapi. Jadi, nikmati saja masalah yang menghadang kita dengan santai dan percayalah dalam kehidupan ini tidak selamanya warna suram yang akan mengikuti namun warna cerah pun akan selalu membayangi kesuraman itu sendiri. Suatu saat masalah pasti akan teratasi. Percayalah hal itu.



"Dirangkai setelah obrolan santai dengan seorang Profesor dari UGM -Prof. Surya- yang berbaik hati membagikan ilmu tentang kehidupan pada kami, anak PPMI DK Bali. Kami mengucapkan terima kasih atas ilmu yang berharga ini, Prof."

1 komentar: